RSS

PSIKOLOGI MANAJEMEN : LEADERSHIP

LEADERSHIP
(KEPIMPINAN)

Psikologi Manajemen

Dosen Pengampu
Ade Irma Suryani





Disusun Oleh Kelompok Melati

Ade Nurul Oktaviana (10513148)
Jojor Lamria (14513665)
Mariska Wisnu Dwipratiwi (15513298)
Widya Anissa Wiranti (19513264)
Yulia Wirantri Farhani (19513549)

Kelas
3PA02




PENDAHULUAN

Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah “melakukannya dalam kerja”. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari perannya memberikan pengajaran/instruksi.
Sedangkan pengertian menurut salah satu ahli yaitu Wahjosumidjo, 1987 (dalam Handbook Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007), menjelaskan bahwa butir-butir pengertian dari berbagai kepemimpinan pada hakikatnya memberikan makna :
1.      Kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti : kepribadian (personality), kemampuan (ability), dan kesanggupan (capability).
2.      Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.
3.      Kepemimpinan adalah sebagai proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin,  pengikut, dan situasi.
Adapun beberapa teori kepemimpinan partisipatif (participative theory of leadership), diantaranya :
a.       Douglas McGregor (Teori X dan Y)
b.      Teori Rensis Likert (System IV)
c.       Tannenbaum & Schmidt (Theory of Leadership Pattern Choice)
d.      Vroom & Yetton (Leader-Participation Model)
e.       Fiedler (Contingency Theory of Leadership)
f.       Path Goal Theory of Leadership









PEMBAHASAN

DEFINSI LEADERSHIP (KEPEMIMPINAN)

Definisi leadership menurut para ahli :
Wahjosumidjo, 1987 (dalam Handbook Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007), menyatakan bahwa apabila seseorang ingin mempelajari dan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan kepemimpinan, perlu lebih dahulu mengerti dan paham arti atau batasan istilah kepemimpinan.
            Pengertian kepemimpinan yang dikutip oleh Paul Hersey and Blanchart, 1997 dalam bukunya “Management Organizational Behavior” (dalam Handbook Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007) adalah sebagai berikut :
1.      Leadership is the activity of influencing exercised to strive willingly for group objectives (George P. Terry)
2.      Leadership as interpersonal influence exercised in situation an directed, through the communication process, toward the attainment of a specialized goal the goals (Robert T, Irving R. Wischler, Fred Nassarik)
3.      Leadership is influencing people to follow in the achievement of common goal (Harold Koonte and Cyril O’Donnell)

Menurut Hemhiel and Coons (1957) bahwa kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang akan dicapai bersama (shared goal). Sedangkan menurut Rauch and Behling (1984) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang di organisasikan ke arah pencapaian tujuan. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (Jacobs and Jacques, 1990).

Wahjosumidjo, 1987 (dalam Handbook Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007), menjelaskan bahwa butir-butir pengertian dari berbagai kepemimpinan pada hakikatnya memberikan makna :
1.      Kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti : kepribadian (personality), kemampuan (ability), dan kesanggupan (capability).
2.      Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.
3.      Kepemimpinan adalah sebagai proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin,  pengikut, dan situasi.
Dalam uraian di atas tentang definisi leadership atau kepemimpinan menurut beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok dalam proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas, proses memberi arti terhadap usaha kolektif, ke suatu tujuan atau sasaran yang akan dicapai bersama.






















TEORI KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF

a.      Douglas McGregor (Teori X dan Y)
Teori perilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer/pemimpin/organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai/karyawan yaitu teori X atau Y. Teori XY dari Douglas McGregor menyatakan organisasi ada dua golongan individu : individu yang berperilaku TEORI X dan yang berperilaku Y.

1.      Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
Individu yang berperilaku teori X punya sifat :
Tak suka dan berusaha menghindari kerja, tak punya ambisi, tak suka tanggung jawab, tak suka memimpin, suka jadi pengikut, memikirkan diri tak memikirkan tujuan organisasi, tak suka perubahan, sering kurang cerdas. Contoh individu dengan teori X : pekerja pembangunan.

Keuntungan Teori X :
-          Karyawan bekerja untuk memaksimalkan kebutuhan pribadi
Kelemahan Teori X :
-          Karyawan malas
-          Beperasaan irrasional
-          Tidak mampu mengendalikan diri dan disiplin

2.      Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengarahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujua kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Individu yang berperilaku teori Y punya sifat : suka bekerja, commit pada pekerjaan, suka mengambil tanggung jawab, suka memimpin, biasanya orang pintar. Contoh orang dengan teori Y : manajer yang berorientasi pada kinerja.
Keuntungan Teori Y :
-          Pekerja menunjukkan kemampuan pengaturan diri,
-          Tanggung jawab
-          Inisiatif tinggi
-          Pekerja akan lebih memotivasi diri dari kebutuhan pekerjaan
Kelemahan Teori Y :
Apresiasi diri akan terhambat berkembang karena karyawan selalu menuntut kepada perusahaan
b.      Teori Rensis Likert (System IV)
Likert (dalam Chitrawanty, 2014) menyatakan bahwa umumnya seorang pemimpin menggunakan empat gaya komunikasi, yaitu :
1.      System I (Authoritarian)
Pemimpin System I ini bersifat task oriented, sangat terstruktur, dan otoriter. Hubungan interpersonal tidaklah begitu penting. Pemimpin System I memiliki tingkat kepercayaan yang sangat kecil terhadap bawahannya dan tidak melibatkan mereka di dalam pengambilan keputusan. Bawahan bekerja dengan iklim yang terintimidasi dan rasa takut. Komunikasi hanya berjalan dari atasan ke bawahan saja mengikuti rantai kepemerintahan.
2.      System II (Controlling)
Pemimpin System II bersifat task oriented, namun juga mengontrol organisasi
atau unit di dalamnya, bersifat sedikit otoriter. Pemimpin merendahkan bawahan
dan walaupun tidak terlalu ketat, ia juga memiliki ketidakpercayaan kepada bawahannya. Bawahan memiliki izin untuk berpendapat pada saat pengambilan keputusan, namun permasalahan organisasi diselesaikan seluruhnya oleh jajaran atas perusahan. Meskipun sebagian besar arus komunikasinya dari atasan kepada bawahan, tetapi beberapa interaksi masih terlihat langsung antara jajaran atas perusahaan dan jajaran bawah perusahaan.
3.      System III (Collaborative)
Pemimpin System III secara terbuka menempatkan keyakinan dan kepercayaan kepada bawahannya. Seorang atasan mengontrol bawahan melalui negosiasi dan kolaborasi. Bawahan memiliki hak untuk berpendapat dalam proses pengambilan keputusan, terutama yang menyangkut persoalan kerja mereka. Arus komunikasi mengalir secara relatif dua arah, yaitu dari atasan kepada bawahan dan dari bawahan kepada atasan dalam hierarki organisasi.
4.      System IV (Nurturing)
Pemimpin System IV berkonsentrasi pada hubungan baik dengan atasan sekaligus bawahan mereka. Mereka memelihara keyakinan dan kepercayaan kepada bawahannya serta memberi mereka motivasi dan semangat dalam proses pengambilan keputusan di seluruh jajaran perusahaan. Pemimpin System IV tidak menggunakan rasa takut, intimidasi, dan ancaman. Motivasi para pekerja dihasilkan dari partisipasi mereka dalam mencapai target organisasi. Proses pertukaran pesan yang terjadi di dalamnya bersifat bebas dan sangat terbuka baik dari atasan , bawahan, juga keduanya.

c.       Tannenbaum & Schmidt (Theory of Leadership Pattern Choice)
Kebutuhan untuk memahami kepemimpinan yang dipertautkan dengan situasi tertentu, pada hakikatnya telah dilakukan dari usaha-usaha penelitian yang terdahulu seperti Universitas Ohio dan dan juga tiga dimensi Reddin.
Robert Tannenbaum dan Warren H. Schmidt (dalam Winarni, Modul kepemimpinan IV), mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan. Mereka menyatakan bahwa pemimpin haruslah mempertimbangkan tiga kekuatan sebelum mereka memilih suatu gaya kepemimpinan.
Faktor kekuatan tersebut adalah :
1.      Faktor pemimpin itu sendiri.
Misalnya pengalamannya, latar belakang pendidikannya, pengetahuan tentang nilai-nilai yang dianut.
2.      Faktor bawahan.
Misalnya seberapa jauh bawahan bisa mengidentifikasikan diri dengan tujuan organisasi, keinginan mereka untuk ikut mengambil keputusan, mempunyai kebebasan, pengalaman, dan ketrampilan dalam pekerjaan.
3.      Faktor situasi.
Unsur situasi merupakan bentuk dari keadaan yang ditimbulkan oleh lingkungan yang dimiliki atau dihadapi oleh organisasi yang dipimpinnya, baik lingkungan fisik (kekayaan alam, iklim, suhu udara, curah hujan, kelembaban dsb) maupun lingkungan sosial (jumlah penduduk, gaya hidup, kebudayaan, kepribadian, kegotongroyongan dsb). Lingkungan yang berbeda maka situasi bisa berbeda, situasi yang berbeda menuntut penanganan sikap dan tingkah laku kepemimpinan yang berbeda pula.

d.      Vroom & Yetton (Leader-Participation Model)
Leader-Participation Model ditulis oleh Vroom dan Yetton, 1973 (dalam WawoRuntu, 2003). Model ini melihat teori kepemimpinan yang menyediakan seperangkat peraturan untuk menetapkan bentuk dan jumlah peserta pengambil keputusan dalam berbagai keadaan.
Teori Vroom dan Yetton mengemukakan bahwa kepuasan dan prestasi disebabkan oleh perilaku bawahan yang pada gilirannya dipengaruhi oleh perilaku atasan, karakteristik bawahan, dan faktor lingkungan.

e.       Fiedler (Contingency Theory of Leadership)
Menurut Fiedler, 1967 (dalam WawoRuntu, 2003), teori atau model kontingensi sering disebut teori situasional karena teori ini mengemukakan kepemimpinan yang tergantung pada situasi. Model atau teori kontingensi Fiedler melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan antara gaya pemimpin yang berinteraksi dengan subordinatnya sehingga situasi menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap pemimpin.

f.       Path Goal Theory of Leadership
Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena efek positif yang mereka berikan terhadap motivasi para pengukur, kinerja dan kepuasan. Teori ini dianggap sebagai path-goal karena terfokus pada bagaimana pemimpin mempengaruhi persepsi dari pengikutnya tentag tujuan pekerjaan, tujuan pengembangan diri, dan jalur yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Ivancevich, dalam Hendriyadi).
Dasar dari path-goal adalah teori motivasi ekspentasi. Teori awal dari path-goal menyatakan bahwa pemimpin efektif adalah pemimpin yang bagus dalam memberikan imbalan pada bawahan dan membuat imbalan tersebut dalam satu kesatuan (contingent) dengan pencapaian bawahan terhadap tujuan spesifik.
Perkembangan awal teori path-goal menyebutkan empat gaya perilaku spesifik dari seorang pemimpin meliputi direktif, supportif, partisipatif,  dan berorientasi pencapaian dan tiga sikap bawahan meliputi kepuasan kerja. Penerimaan terhadap pimpinan, dan harapan mengenai hubungan antara usaha-kerja-imbalan.
Model kepemimpinan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan. Dasar diri model ini adalah teori motivasi eksperimental. Model kepemimpinan ini dipopulerkan oleh Robert House yang berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan dalam berbagai situasi.









SIMPULAN

Kepemimpinan yang dapat disimpulkan dari definisi menurut beberapa para ahli yaitu perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok dalam proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas, proses memberi arti terhadap usaha kolektif, ke suatu tujuan atau sasaran yang akan dicapai bersama.
Adapun yang dapat disimpulkan dari beberapa teori kepemimpinan partisipatif (participative theory of leadership), diantaranya :
a. Douglas McGregor (Teori X dan Y)
Teori perilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Teori XY dari Douglas McGregor menyatakan organisasi ada dua golongan individu : individu yang berperilaku TEORI X dan yang berperilaku Y.
b. Teori Rensis Likert (System IV)
Likert (dalam Chitrawanty, 2014) menyatakan bahwa umumnya seorang pemimpin menggunakan empat gaya komunikasi.
c. Tannenbaum & Schmidt (Theory of Leadership Pattern Choice)
Kebutuhan untuk memahami kepemimpinan yang dipertautkan dengan situasi tertentu. Mereka menyatakan bahwa pemimpin haruslah mempertimbangkan tiga kekuatan sebelum mereka memilih suatu gaya kepemimpinan.
d. Vroom & Yetton (Leader-Participation Model)
Teori Vroom dan Yetton mengemukakan bahwa kepuasan dan prestasi disebabkan oleh perilaku bawahan yang pada gilirannya dipengaruhi oleh perilaku atasan, karakteristik bawahan, dan faktor lingkungan.
e. Fiedler (Contingency Theory of Leadership)
Model atau teori kontingensi Fiedler melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan antara gaya pemimpin yang berinteraksi dengan subordinatnya sehingga situasi menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap pemimpin.
f. Path Goal Theory of Leadership
Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena efek positif yang mereka berikan terhadap motivasi para pengukur, kinerja dan kepuasan. Teori ini dianggap sebagai path-goal karena terfokus pada bagaimana pemimpin mempengaruhi persepsi dari pengikutnya tentag tujuan pekerjaan, tujuan pengembangan diri, dan jalur yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan (Ivancevich, dalam Hendriyadi).
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu & Aplikasi Pendidikan. Bagian 2 : Ilmu Pendidikan Praktis. PT Imperal Bhakti Utama.

Chitrawanty. (2014). “GAYA KOMUNIKASI PROJECT OFFICER STIE MAHARDIKA SURABAYA”. Jurnal e-Komunikasi. 2 (1), 1-7.

Winarni, Fransisca. Modul Kepemimpinan IV.

WawoRuntu, Bob. (2003). “DETERMINAN KEPEMIMPINAN”. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA. 7 (2), 71-81.


Hendriyadi. (2014). Path Goal Theory of Leadership. Teori Online Personal Paper.

0 comments:

Post a Comment