RSS

KERAJINAN DARI KULIT IKAN PARI



Salah satu kerajinan kulit yang menjadi potensi industri di Kabupaten Sleman adalah kerajinan kulit ikan pari.



Indonesia merupakan negara kelautan penghasil ikan laut yang besar terutama ikan pari. Seperti yang kita ketahui, ikan pari biasanya hanya diambil dagingnya saja sedangkan kulitnya hanya dibuang. Atas dasar itulah manusia berinovasi dengan kulit ikan pari. Jarang sekali di Indonesia aksesoris yang terbuat dari kulit ikan pari, umumnya terbuat dari kulit sapi, kulit buaya, atau kulit ular. Oleh karena itu aksesoris yang terbuat dari kulit ikan pari sangat lah unik dan eksotik, terlebih lagi di tengahnya terdapat butiran mutiara. Aksesoris dari bahan kulit ikan pari ini sedang digemari.
Kerajinan kulit merupakan lahan usaha yang cukup potensial untuk dijalankan. Berbagai produk yang dihasilkan dari bahan kulit menjadikannya selalu mempunyai pasar tersendiri. Salah satu kerajinan kulit yang menjadi potensi industri di Kabupaten Sleman adalah kerajinan kulit ikan pari. Kulit ikan pari memiliki nilai ekonomi tinggi karena coraknya yang eksotik, sehingga hasil kerajinan kulit ikan pari pun menjadi barang yang banyak digemari oleh konsumen.

APA ISTIMEWANYA KULIT IKAN PARI?
Siapa yang tak kenal ikan pari yang mampu mempesona pengunjung Sea Word di kawasan Ancol? Ekor berdurinya yang panjang, menjadikan ikan pari digemari nelayan. Kulit badannya yang pipih—bak layang-layang—yang bertotol halus. Mungkin belum banyak yang tahu, kulit ikan pari yang selama ini disia-siakan sebagai sampah, bahkan sering dianggap beracun.
Memang tak mudah mengolah kulit ikan pari jadi barang kerajinan. Perlakuan untuknya tak bisa disamakan dengan kulit sapi atau kulit domba. Karena tekstur serat binatang yang satu ini lain dengan mamalia yang biasanya membujur, satu-satu. Sedangkan kulit ikan pari, teranyam dan amat padat. Struktur semacam ini membuat kulit ikan pari kuat luar biasa, sekitar dua setengah kali kekuatan kulit sapi. Sayangnya selama ini belum ada teknologi yang memadai untuk mengolah kulit ikan unik ini.

Namun, inilah justru kelebihan dari kulit ikan pari. Karena dibalik kesukaran pengolahannya, kualitas ketahanan kulit ini sangat tinggi. Kulit ikan pari terkenal anti goresan, bahkan juga anti peluru. Hingga wajarlah kalau di Jepang biasa dipakai sebagai pelapis tameng para samurai atau pelapis jaket anti peluru.

Kulit ikan pari memang sangat keras. Lapisan terluarnya mirip bintik-bintik kristal untuk melindungi tubuh sang ikan. Tekstur inilah yang biasa dimanfaatkan untuk menambah nilai eksotis produk. Ikan pari biasanya punya bintik besar berdekatan di daerah punggung. Bintik ini lebih besar dari bintik yang lain. Kalau sudah dalam barang jadi, kedua bintik inilah yang jadi mascot penggaet perhatian konsumen, dan membuat motif jadi lebih menarik.

Dari enam spesies ikan pari, selama ini hanya ada dua jenis yang lazim diolah kulitnya, yakni Trygon Sephen dan Trygon Kuhlii atau biasa dipanggil Pari Kampret dan Pari Duri. Ikan pari duri kulitnya paling istimewa, bintik besarnya tidak hanya dua, tapi banyak dan memanjang. Hingga bisa diolah menjadi sabuk dengan motif yang sangat indah.
Proses Produksi Masih Sulit
Karena teknik pengerjaannya berbeda dengan kulit sapi, belum banyak pengrajin yang mampu mengolah kulit ikan pari menjadi produk yang berkualitas. Di Kabupaten Sleman sendiri, industri pengolahan kulit ikan pari ada di wilayah  Ngaglik dan Condong Catur.  Ikan  pari masih tergolong mudah didapatkan di daerah tropis sehingga para perajin kulit ikan pari tidak perlu khawatir akan kekurangan bahan baku. Bahan kulit mentah tidak hanya didapat dari Pulau Jawa namun juga dari Lampung, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur.
Proses pengolahan kulit pari dimulai dengan memisahkan kulit dari daging. Setelah terpisah, kulit harus diawetkan dengan penggaraman. Proses penggaraman ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Dalam tahap proses penggaraman, kulit ikan pari pun mengalami proses penyamakan. Setelah semua proses penggaraman selesai, kulit setengah jadi bisa diwarnai dengan zat warna khusus yang dapat menyerap pada sisik padatnya. Proses berikutnya adalah pembuatan menjadi barang kerajinan. Dalam tahap ini, kesulitan yang dihadapi adalah penjahitan karena sisik ikan yang sangat keras.
Selain di Sleman, kerajinan kulit ikan pari juga bisa kita dapati di Yogyakarta, Boyolali, dan Solo. Selain itu, bagi anda yang diluar daerah-daerah tersebut, dapat membelinya melalui toko online, karena sudah banyak ditemui toko-toko online yang menjual kerajinan ini.
Seluruh proses pengolahan kulit ikan pari, dari pengulitan hingga dihasilkan barang jadi memerlukan waktu sekitar satu setengah bulan. Rumitnya teknologi pengolahan kulit ikan pari membuat skala perajin tidak bisa menjadi masal seperti penyamakan kulit sapi atau kambing. Namun, potensi pasarnya masih sangat besar. Bahkan, para perajin kulit ikan pari di Kabupaten Sleman sudah mengekspor kerajinananya ke pasar Asia, Amerika, Eropa, dan Australia.
Selain dompet, kulit ikan pari di inovasi juga menjadi kerajinan lain, seperti tas wanita, sepatu kulit, scrab untuk jam tangan yang berlapis mutiara, ikat pinggang, gantungan kunci untuk STNK, bahkan chasing Blacberry. Motifnya juga sangat bervariasi sehingga anda tidak perlu takut ketinggalan mode.
Kelebihan dari aksesoris yang terbuat dari bahan kulit ikan pari adalah awet dan tahan lama, kekuatannya 3 kali lipat dari kulit sapi (anti gores, anti bakar), jahitannya yang rapih, teknik pembuatan (penyamaan dan penjahitan) memerlukan keahlian khusus, sealain itu banyak pilihan model dan corak, desain yang modern dan eksklusif. Tak jarang kita menemukan aksesoris yang palsu, cara membedakannya adalah dengan melihat kekakuannya, aksesoris yang palsu cenderung lebih kaku dari aksesoris yang berbahan asli ikan pari.
Harga kerajinan dari kulit ikan pari sangat bervariasi tergantung kualitas bahan yang digunakan. Misalnya saja dompet wanita dapat dibeli dengan dengan kisaran harga Rp 300.000 sampai Rp 700.000. Dompet pria memiliki harga yang lebih rendah, yaitu kisaran Rp 150.000 sampai Rp 400.000. Dengan harga jual yang tinggi, maka prestise barang kerajinan kulit ikan pari tidak kalah dengan barang-barang bermerek dari luar negeri.

CONTOH PENGRAJIN KULIT IKAN PARI

PENGRAJIN ASAL BOYOLALI
Salah satu pengrajin kulit ikan pari adalah Ibu Indriyanti, seorang pengrajin asal Boyolali, Jawa Tengah ini sudah merintis usaha ini sejak satu tahun yang lalu. Diawali karena keprihatinannya terhadap kulit ikan pari yang selalu dibuang oleh para nelayan, akhirnya dia mencoba membuat berbagai kerajinan dari kulit ikan pari.
Awalnya tidak mudah memang, tetapi ia mencoba dan terus mencoba. Dengan berbekal pengalaman bekerja di sebuah pabrik pembuatan tas di Medan akhirnya jerih payahnya berbuah juga, Indri berhasil membuat berbagai aksesoris dari kulit ikan pari. Bahkan hasil karyanya tak kalah menarik daneksotis dengan aksesoris berbahan kulit ular atau buaya.
Awalnya kulit pari dipilih dan dicuci hingga bersih, setelah itu, diberi pewarna menggunakan sebuah alat khusus yang terbuat dari drum berputar. Selanjutnya, kulit ikan pari ini dikeringkan dengan cara dijemur di pagar tembok. Setelah kering, kulit ikan pari dibentuk dan di potong sesuai ukuran yang diinginkan. Potongan-potongan inilah yang dirangkai menjadi tas, dompet, dan aksesoris lainnya.
Dengan harga ratusan hingga jutaan rupiah, produksi aksesoris dari kulit ikan pari milik indriyanti ini mampu merambah hampir seluruh kota di Indonesia. Bahkan, Indri mencoba merambah pasar di luar negeri, seperti Jepang dan Singapura. Dibantu suami, dan tiga karyawannya, dalam sebulan ia bisa memproduksi ratusan buah bahan kerajinan dari kulit ika pari. Dia mengaku tidak kesulitan dalam menjual produk ini karena sudah mempunyai buyer atau pembeli tetap.
Kendala yang sering dihadapi dalam pembuatan produk ini bagi Indri adalah kesulitan dalam bahan baku. Terutama jika musim penghujan tiba, karena nelayan banyak yang tidak melaut, sehingga untuk memenuhi pesanan ia pun menyimpan bahan baku kulit ikan pari dalam jumlah banyak sebagai persediaan. Selama ini ia mendapat bahan baku kulit pari dari nelayan daerah Jakarta, Magetan, Jawa Timur, Jepara, dan Jawa Tengah.
Di saat kerajinan kulit mulai banyak dijadikan lahan usaha, mungkin usaha yang satu ini patut Anda coba. Kerajinan kulit ikan pari. Walaupun tak sedikit pula yang berbisnis di pasar ini, namun diakui salah satu pengrajin tersebut, omzet dari bisnis ini sangat menjanjikan.
“walaupun usaha kerajinan kulit ikan pari telah banyak yang menjalankan akan tetapi usaha ini masih dapat di jadikan sebuah bisnis yang menjanjikan,” salah satu pengusaha kerajinan ikan pari di sleman jogjakarta misalnya dapat memproduksi kerajinan kulit ikan pari dalam jumlah yang lumayan banyak setiap bulannya, karena begitu banyak permintaan pasar baik lokal maupun manca.
Berkat bisnis ini, lanjutnya, dirinya meraih penghasilan bersih per bulannya tak kurang dari Rp30 juta walaupun dengan modal secukupnya. Sementara bahan kulit pari tersebut didapatkannya dari sejumlah pedagang kulit pari di Muara Angke Jakarta, Tuban, Pekalongan, dan paling banyak didapatkannya dari pekalongan.
Untuk bahan kulit pari paling kecil berukuran enam sampai tujuh cm harganya minimal Rp35 ribu. “Itu masih mentah dan belum disamak (proses kulit agar menjadi berwarna),” ujar pengusaha kerajinan ikan pari tersebut yang telah ikut program pameran Mitra Binaan Bank Mandiri selama dua tahun ini.
Dengan modal tersebut, lanjutnya, dia lalu dapat memproduksi berbagai jenis produk kerajinan kulit pari mulai dari dompet, ikat pinggang, dan sebagainya dengan harga jual antar Rp300 ribu-Rp1,5 juta.
Namun, diakuinya untuk menjalankan bisnis ini, ia tetap menemui kendala walaupun pasarnya bagus. Kendala pertama adalah sulitnya mencari pengrajin yang mengerjakan dan menjahit kulit pari tersebut. “Karena teknik pengerjaannya berbeda dengan kulit sapi, ini jauh lebih sulit. Jarang yang bisa,” terangnya.
Selanjutnya, kendala yang kedua adalah modal. Dirinya memang mengakui walaupun telah memperoleh modal dari Bank Mandiri sebesar Rp20 juta, namun dirinya merasa masih sangat kurang.
“Karena kita kan masih harus beli mesin jahit untuk menjahit kulit pari tersebut. Dan karena kulit pari jauh lebih keras dibandingkan kulit sapi maka mesin jahitnya harus yang berkualitas baik. Minimal produksi Korea tidak bisa memakai buatan China,” jelasnya.
Menurutnya, jika hitung-hitungan modal idealnya, ia menilai Rp100 juta saja masih belum cukup. Hal ini karena harga per satuan mesin jahitnya sekira Rp5 juta.
Untuk menyiasati terbatasnya modal, maka ia membentuk perusahaan patungan bersama kedua rekan bisnisnya. Wawan Purnomo yang memiliki toko di Banyudono Boyolali, Agung yang bertempat di Karawaci Tangerang dan dirinya sendiri yang memiliki toko di Ciumbeulit Bandung.
Selain itu, dirinya juga menyiasati dengan tidak hanya menjual kulit pari saja tetapi juga kulit ular dan kulit sapi. Untuk kulit sapi dibelinya minimal per 500 squarefeet dengan harga Rp15 ribu per squarefeet-nya. “Tetapi masih lebih cepat laku kulit pari. Soalnya bahannya unik dan banyak digemari konsumen,” tambahnya.
Produknya tersebut sudah merambah pasar ke luar pulau Jawa melalui beberapa cutomer di Bali, Kalimantan, Sulawesi, Lombok, dan Lampung.
“Untuk pasar ekspor lagi dalam tahap proses penjajakan ke Amerika Serikat (AS) dan kita juga telah mengirimkan beberapa sample ke Jepang. Mudah-mudahan kita bisa segera dapat suntikan modal lagi dari pemerintah,” pungkasnya.
Proses pembuatan kerajinan ikan berbuntut panjang ini cukup sederhana. Pertama-tama kulit ikan dipilih, dicuci, dan diberi pewarna. Setelah dikeringkan dengan cara ditempel di pagar tembok, kulit tersebut dihaluskan dan dipotong sesuai bentuk yang diinginkan.
Potongan-potongan itulah yang kemudian dirangkai menjadi beragam aksesori. Didin, salah seorang perajin mengaku memulai bisnis ini dari keprihatinan. Karena sempat bekerja di pabrik pembuatan tas, ia pun memanfaatkan kulit ikan yang kerap dibuang itu.
Kerajinan kulit ikan pari kini telah dipasarkan ke berbagai kota di Tanah Air dan juga mancanegara.
Slamet pengrajin kulit ikan pari dari Bantul, menjelaskan hasil kerajinannya telah mampu menembus pasar Asia dan Eropa seperti Jepang, Korea, Cina, Amerika dan Jerman. Hal ini tak lepas dari perjuangannya yang tak kenal lelah dalam menghasilkan kerajinan yang berkualitas guna bersaing dengan produk-produk yang telah ada di pasaran.
Menurut Slamet, kerajinan yang masih jarang dilakukan di Indonesia tersebut ditekuni bersama teman-temannya, dua tahun terakhir ini.
Namun,lanjut dia, permintaan baik pasar lokal maupun ekspor hingga sekarang sudah mengalir relatif banyak sehingga pihaknya tidak bisa melayani semua pesanan tersebut.
Slamet  menjelaskan, kerajinan kulit ikan pari berupa tas, dompet, ikat pinggang, dan souvenir lainnya banyak digembari konsumen di luar negeri karena keunikan yakni bahan asli dari ikan laut yang berbuntut panjang tersebut.
“Jumlah perajin kulit ikan pari masih jarang, di Indonesia ada tiga yakni Boyolali, Medan, dan Yogyakarta,” katanya.
Ia mengaku, usahnya masih tergolong industri rumah tangga skala kecil dan belum mampu melayani permintaan Jepang dalam jumlah relatif besar.
Pihaknya mendapat pesanan dari pengusaha berasal dari Jepang antara 2.000 hingga 5.000 tas kulit ikan pari per hari, tetapi permintaan itu belum dapat dilayani karena produksinya baru mempunyai kapasitas antara 200 hingga 300 unit per bulan.
“Harga tas ditawarkan antara Rp150 ribu hingga Rp4,5 juta tergantung kualitas bahan kulit ikan pari,” katanya.
Slamet  menjelaskan, kulit ikan pari yang bisa disulap menjadi barang seni bernilai tinggi masih jarang di Indonesia.
“Saya telah membuat berbagai kerajinan kulit pari mulai dari tas, dompet, hingga ikat pinggang,” katanya.
Menurut Slamet, proses pembuatan kerajinan ikan pari ini cukup sederhana.
Pertama-tama kulit ikan dipilih, dicuci, dan diberi pewarna. Setelah dikeringkan dengan cara ditempel di pagar tembok, kulit tersebut dihaluskan dan dipotong sesuai bentuk yang diinginkan.
Potongan-potongan tersebut yang kemudian dirangkai menjadi beragam aksesori. Kerajinan kulit ikan pari kini telah dipasarkan ke berbagai kota di Tanah Air dan juga mancanegara.
Slamet  menjelaskan, terkait bahan baku memang masih mendatangkan dari Jakarta dan Jawa Timur. Selain itu bahan baku juga di datangkan dari Pekalongan dan daerah sekitarnya.
Bahan baku kulit ikan pari tersebut, kata dia, masih mudah didapat, tetapi jika pada musim hujan memang sedikit kesulitan karena ikan itu sulit dicari.
“Karena jumlah perajin masih sedikit, kondisi modal yang mengcukupi kami dapat memproduksi barang sesuai dengan permintaan baik di dalam negeri maupun luar negeri,” katanya.
Menurut dia, harga satuan kerajinan tas,dompet, ikat pinggang dan souvenir lainnya antara Rp300 ribu hingga Rp5-10 juta. Usahanya yang ditekuni ini mempunyai omzet sekitar Rp5 juta per hari.

REFERENSI

From me :)

Saya Jojor Lamria. Lahir di Pematang Siantar pada tanggal 19 Mei 1995. Sekarang saya tinggal di Depok, Jawa Barat. Saya kuliah di Universitas Gunadarma, Depok. Saya mengambil jurusan Psikologi di tahun 2013.

Saya seorang yang suka tidur. Saat tidak ada jadwal kuliah saya selalu menghabiskan waktu di tempat tidur, orang tua saya sering memarahi saya karna saya suka tidur.

Saya menulis blog ini untuk berbagi sesuatu yang bermanfaat bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini. Semoga impian saya tidak ketinggian, tapi bukankah semua berawal dari mimpi?

Saya berharap suatu saat nanti bisa menjadi psikologi forensik atau psikologi kriminal. Semoga saya bisa menjalani kuliah dengan normal dan menjadi orang yang sangat normal tapi kaya raya.

Saya suka Psikologi. Anda suka atau tidak? Nanti juga anda suka.
Sekian, terimakasih:)