RSS

AIR MANCUR TREVI (FONTANA DI TREVI) – ROMA



Nama : Jojor Lamria
Kelas : 1PA06
NPM : 14513665

MITOS DUNIA
AIR MANCUR TREVI (FONTANA DI TREVI) – ROMA
Fontana di Trevi atau Fountain Trevi, adalah kolam air mancur paling terkenal di Italia, Eropa bahkan dunia. Tidak hanya karena keindahan artistiknya saja, kolam air mancur ini punya mitos yang sangat mendunia.
Kolam selebar 20 meter ini berhiaskan relief bergaya Barok paling besar di Roma dengan tinggi 26 meter. Kolam Fontana di Trevi berbentuk persegi panjang dengan satu sisi menempel ke tembok dan dihias dengan patung-patung. Terdapat patung Neptunus dan Triton, dewa laut dan berpuluh kuda laut yang mengitari mereka.

Air mancur ini didesain oleh seorang arsitek terkenal di Italia bernama Nicola Salvi pada tahun 1732. Meskipun kolam ini diapit berbagai jalanan sempit di daerah Trevi di pusat Kota Roma, di sekitar kolam ada deretan bangku panjang yang asyik untuk duduk-duduk.

ASAL-USUL FONTANA DI TREVI
Trevi sebenarnya merupakan bagian akhir dari Aqua Virgo, saluran air yang dibangun pada abad 19 SM. Saluran ini membentang sepanjang 20 km dari mata air Salone dan memasok air ke bagian pusat Roma.

Air mancur Trevi yang ada saat in dibangun pada tahun 1732 oleh Nicola Salvi, setelah sebelumnya pernah dikerjakan oleh Bernini atas utusan Paus Urbanus VIII. Salvi menyelesaikan patung "The Restive Sea Horse" atas utusan Paus Clement XII karena paus yang sebelumnya telah meninggal dunia.

Di air mancur ini terdapat patung Neptunus, Dewa Laut, sedang mengendarai kereta berbentuk kerang yang ditarik oleh dua kuda laut sebagai tokoh sentral. Setiap kuda dipandu oleh Triton. Salah satu kuda terlihat jinak, sedangkan yang lainnya terlihat liar. Dua kuda ini sengaja digambarkan secara berbeda untuk melambangkan laut yang selalu bergejolak.

MITOS DIBALIK FONTANA DI TREVI
Selain menikmati keindahan arsitektur air mancur, di sini Anda juga dapat melemparkan koin ke dalam air mancur. Trevi Fountain dikenal sebagai ikon cinta di Roma. Ini karena terdapat sebuah mitos menyangkut Trevi Fountain yang telah hidup dalam masyarakat Roma sejak lama.

Dipercayai bahwa jika Anda melemparkan satu koin maka Anda dapat kembali lagi ke Roma. Sementara jika Anda melempar dua koin maka Anda bisa menikahi pria atau wanita Roma.
Tradisi melempar koin di Fontana di Trevi awalnya adalah kebiasaan masyarakat Roma yang entah dimulai sejak kapan. Kebiasaan ini berawal dari mitos yang lestari sampai saat ini.

Mitosnya begini: Barang siapa melempar satu koin, dia bisa kembali ke Roma. Barang siapa melempar 2 koin akan menemukan cinta, dan yang melempar 3 koin akan segera menikah. Sungguh mitos yang romantis.

Nah, melempar koinnya pun tidak boleh sembarangan. Koin harus dilempar dengan tangan kanan melalui bahu kiri. Aturan ini mungkin agar mitosnya manjur.

Dalam beberapa pemberitaan terakhir, pemerintah Kota Roma sudah mulai melarang mitos ini dilakukan wisatawan. Bukan apa-apa, koin-koin yang berkarat di dasar kolam perlahan-lahan merusak Fontana di Trevi.

Diperkirakan ada sekira 3.000 euro koin yang dilempar ke kolam ini setiap harinya. Uang ini digunakan untuk mensubsidi kebutuhan pasar Kota Roma. Sayangnya, air mancur ini mulai tua dan beberapa bagiannya yang bernilai tinggi mulai hancur di sana-sini






REFERENSI :

MITOS SI GALE-GALE DARI SUMATRA UTARA

Nama : Jojor Lamria
NPM : 14513665
Kelas : 1PA06



MITOS DALAM NEGERI : SI GALE-GALE DARI SUMATRA UTARA

Si Gale-Gale merupakan sebuah boneka yang terdapat di pulau Samosir, Sumatra Utara. Boneka ini terkenal sangat mistis hingga sekarang ini. Jika anda ingin menyaksikan pertunjukkan boneka ini. Anda dapat mengunjungi tempat wisata Tomok dan Museum Hutabolon Simanindo.
Hebat nya boneka ini dapat menari-nari dan menangis seperti hal nya manusia.  Suasana pertunjukan tarian boneka Sigale-gale memang sangat menarik dan menghibur. Bayangkan, sebuah boneka yang terbuat dari kayu dapat menari seperti manusia. Kelihatannya memang seperti manusia jika semakin diperhatikan. Boneka yang tingginya mencapai satu setengah meter tersebut diberi kostum tradisonal Batak. Bahkan semua gerak-geriknya yang muncul selama pertunjukan menciptakan kesan-kesan dari contoh model manusia.

Kepalanya bisa diputar ke samping kanan dan kiri, mata dan lidahnya dapat bergerak, kedua tangan bergerak seperti tangan-tangan manusia yang menari serta dapat menurunkan badannya lebih rendah seperti jongkok waktu menari. Padahal semua gerakan itu hanya di atas peti mati, tempat disimpannya boneka Sigale-gale seusai dipajang atau dimainkan.

ASAL-USUL SI GALE-GALE

Cerita dari boneka ini bermula dari seorang Raja di Uluan yang bernama Raja Rahat. Raja ini telah lama ditinggal oleh istrinya dan ia hanya memiliki seorang putra yang menjadi mahkota dari kerajaan itu. Putranya itu bernama Manggale. Dalam kepemimpinananya, Raja ini sangat bijaksana dan putanya juga sangat dihormati dan disegani oleh rakyatnya kerena ketangkasannya dalam berperang.

Tibalah pada suatu hari terdengar kabar bahwa di hutan Uluan yang jadi perbatasan Uluan telah berkumpul pasukan dari seberang negeri Uluan hendak menyerang dan menjarah harta kekayaan alam Uluan. Mendengar hal itu rakyat juga sang Raja tampak gelisah dan dia tetap berusaha keras memikirkan rencana untuk menghadapi ancaman ini, lalu ia mengumpulkan penasehat-penasehatnya, para tetua kampung, Datu-datu dan putranya Manggalae selaku panglima perang. Dari semua penatua ada seorang Datu yang dianggap sebagai penasehat tertua dan ucapan dari Datu ini sangat didengarkan oleh Raja, Datu itu bernama Datu Manggatas. Mendengar semua perkataan Raja, semua tampak takut dan bingung untuk memberkan keputusan yang tepat. Datu Manggatas itu pun menyarankan untuk berperang melawan dan mengutus Manggalae sebagai pemimpin dalam perperangan itu, dan semua pun setuju dengan pendapat Datu lalu genaplah keputusan sang Raja untuk berperang lalu ia pun mengutus putranya Manggalae untuk memimpin pasukan Uluan menghadapi musuh di pebatasan tersebut.
   
Setelah enam bulan berlalu, Manggalae dan pasukan nya masih berperang di dalam hutan. Raja dan rakyatnya menantikan kepulangan mereka, namun belum ada kabar karena tidak ada yang berani masukl kedalam hutan. Sampai suatu seketika sang Raja bermimpi, dalam mimpinya ia melihat seekor burung gagak yang sedang terbang diatas rumahnya dan tiba-tiba burung gagak itu terjatuh dan mati karena tertusuk anak panah. Sang Raja pun sering merenungi mnakna mimpi itu dan menafsirkan nya sebagai pertanda buruk. Kekhawatiran juga ketakutannya begitu menyiksanya, karena Manggalae adalah putra semata wayangnya. Tak tahan menahan rindunya, Raja pun jatuh sakit. Melihat keadaan sang Raja para tetua dan penasehat Raja berkumpul dan berunding dalam memikirkan cara penyembuhaannya. Lalu Datu Manggatas pun memberikan masukan untuk membuat patung menyerupai wajah Manggalae dimana Datu manggatas akan mengundang roh Manggalae untuk masuk kedalam patung tersebut agar patung tersebut dapat bergerak seperti manusia, dimana rasa rindu Raja dapat terobati apabila melihat patung itu. mendengar masukan dari Datu itu mereka pun membuat patung itu demi kesembuhan Raja.

Tepat pada bulan purnama, setelah semua persiapan selesai, semua rakyat pun berkumpul menantikan kehadiran Raja bersama Datu Manggatas untuk melihat patung itu, betapa terharunya semua rakyat yang berkumpul disitu karena melihat sang Raja yang menangis menatap patung itu. Lalu Datu Manggatas pun mengisyaratkan pada pargonci untuk memainkan gondang sabangunan, lalu diikuti dengan tiupan alat musik sordam. Menyusul tabuhan Gondang, sang datu mengambil tali tiga warna : merah, hitam dan putih. Lalu mengikatnya dikepala patung itu. Datu lalu mengenakan ulosnya, dan membaca mantra sambil mengelilingi patung tersebut sampai tujuh kali, dan tiba-tiba patung itu bergerak dan tidak hanya bergerak juga manortor bersama sang Datu. Kemudian Datu menjemput sang Raja untuk ikut manortor bersama patung Manggalae. Semua rakyat pun terharu dan ikut bergabung manortor bersama-sama. Mereka manortor hingga fajar terbit dan tibalah roh Manggalae tersebut harus kembali kealamnya sebelum ayam berkokok karena begitulah perjanjiannya.

Roh Simanggalae pun kembali kealamnya meninggalkan patung itu juga seluruh rakyat uluan yang hadir. Dan patung itu pun tidak dapat lagi bergerak. Raja Rahat lalu menyimpaan patung itu. Demikianlah sang Raja terhibur. sehingga sejak saat itu, apabila sang Raja rindu bertemu dengan putranya, ia akan mengadakan upacara pemanggilan roh dan akan manortor bersama ''anak'' nya itu sampai pagi. Patung itu pun dinamai Sigale-gale karena gerakannya yang lemah dan seolah tak bertenaga dan pacara ini selalu dilakukan hingga sang Raja meninggal dunia.

Tapi ada versi lain tentang cerita Sigale-gale. Konon, seorang dukun bernama Datu Partaoar, ingin sekali mempunyai anak laki-laki atau perempuan. Suatu ketika dia menemukan sebuah patung cantik di tengah hutan, persis seperti seorang gadis yang tubuhnya terlilit kain dan beranting-anting. Dia kemudian membawa gadis itu setelah mengubahnya dari patung menjadi manusia.

Istrinya yang juga berharap-harap selama ini untuk mempunyai keturunan memberi nama gadis itu dengan nama Nai Manggale. Dia menjadi gadis yang disenangi penduduk karena kelembutannya. Suatu ketika dia harus mendapatkan pendamping hidup. Namun seperti ibunya, ia tidak dapat melahirkan keturunan secara biologis. Dia pun berkata kepada suaminya yang bernama Datu Partiktik agar memesan pematung untuk membuatkan sebuah patung yang bisa menari di samping jenazahnya suatu ketika. Patung tersebut dinamai Sigale-gale.

Berdasarkan versi itulah kiranya tarian Sigale-gale pernah ditemukan dengan pasangan laki-laki dan perempuan. Sigale-gale secara etimologis dapat berarti “yang lemah gemulai”. Demikianlah sebenarnya kesan melihat tarian boneka Sigale-gale. Entah mungkin juga mereka kembar. Yang laki-laki namanya si Manggale dan perempuan bernama Nai Manggale.

Mistik di Balik Pembuatan Sigale-gale
Kisah pembuatan patung Sigale-gale masih lestari di kampung Garoga. Kampung ini berjarak sekitar tiga kilometer dari Tomok, dan naik ke arah kiri yang dibentengi pegunungan Samosir. Gunung sekitar itu dikenal dengan nama Naboratan yang dapat berarti “sangat berat”. Ada satu air terjun, yang dalam bahasa setempat disebut dengan nama Sampuran Simangande.

Air terjun yang konon menyimpan batu-batuan aneh dan posisi gunung seperti tembok yang sangat tinggi itu sempat menambahi kesan lebih jauh tentang kampung yang dikenal masih menyimpan patung Sigale-gale itu. Ternyata suasana alam yang melatar belakangi kampung Garoga sama sekali tidak ada kaitannya dengan munculnya patung Sigale-gale. Setidaknya dalam kaitan bahan-bahan seperti kayu dan upacara tertentu untuk patung Sigale-gale.

Kampung Garoga juga tak bisa dipastikan sebagai setting cerita Sigale-gale. Kampung ini hanyalah salah satu kampung selain kampung Siallagan atau Ambarita. Malahan informasi tentang sebuah patung Sigale-gale pernah ada dari sekitar Silimbat Porsea.

Terkait dengan pembuatannya, patung Sigale-gale diliputi oleh cerita yang mistis atau seram. Bila seseorang sudah bersedia membuat patung Sigale-gale, berarti ia sudah pasti menjadi tumbal. Setelah menyelesaikan sebuah patung, si pembuat akan segera meninggal. Mungkin kepercayaan ini pulalah yang membuat patung Sigale-gale menjadi ekslusif dan tidak pernah dibuat banyak-banyak.

Berdasarkan kejadian-kejadian itu, proses pembuatan Sigale-gale kemudian dilakukan oleh lebih dari satu orang. Ada yang khusus mengerjakan pembuatan tangan, tungkai kaki, bagian badan, dan kepala. Mungkin secara bersama juga tali-tali dan kerandanya yang berukiran Batak diselesaikan. Jumlah tali-tali pada setiap patung yang dibuat tidak selalu serupa.

Pada dua unit Sigale-gale tadi, salah satunya mempunyai tali penarik 17 ruas. Dulu tali-tali tersebut katanya sama sekali tidak ada. Gerakan patung berlangsung hanya dengan kekuatan gaib yang dimiliki dalangnya. Patung yang dihidupkan demi kekuatan gaib dalam tradisi Batak disebut dengan gana-ganaan dan dia dapat menyerupai totem. Seorang pembuat patung Sigale-gale dulunya dikenal dengan sebutan Datu Panggana, karena didorong oleh suatu kekuatan gaib juga.

Bahan yang digunakan untuk patung Sigale-gale biasanya dari sejenis pohon bernama ingul dan pohon nangka. Pohon nangka khusus digunakan untuk bagian tangan dan kepala. Sedangkan pohon ingul untuk bagian badan dan kaki. Kayu ini termasuk jenis kayu yang bermutu dan sering digunakan membuat perahu. Tidak ada makna simbolis dengan pilihan atas kedua kayu itu. Pengerjaan satu patung Sigale-gale dapat memakan waktu satu tahun.


Untunglah sampai hari ini Sigale-gale belum punah sama sekali. Masih ada beberapa sisa patung yang dipahat puluhan tahun silam. Kita masih bisa menyaksikan sisa-sisa kemunculannya meski sangat jarang.

Sampai saat ini, Sigale-Gale masih ada di Pulau Samosir, Sumatera Utara dan masih sering dimainkan dengan menggunakan playback musik. Sigale-Gale ini, menjadi salah satu ikon kebudayaan Sumatera Utara yang masih menarik perhatian pengunjung baik dari lokal maupun internasional.

Di Pulau Samosir, Sigale-Gale ini masih dapat dinikmati pertunjukkannya dengan tarif  seiklasnya. Pengunjung juga bisa berfoto dengan Sigale-Gale ini dengan ulos yang disediakan oleh pemilik Sigale-Gale dengan menggunakan kamera pribadi pengunjung.

REFERENSI