Pengertian Client Centered Theory
Client Centered Theory
sering pula dikenal sebagai teori nondirektif dimana tokoh utamanya adalah Carl
Rogers. Rogers adalah seorang empirisme yang mendasarkan teori-teorinya pada
data mentah, ia percaya pentingnya pengamatan subyektif, ia percaya bahwa
pemikiran yang teliti dan validasi penelitian diperlukan untuk menolak
kecurangan diri (self-deception).
Teori Konseling Client-Centered memiliki kelebihan dan juga kekurangan.
Kelebihan dari teori
konseling Client Centered yaitu:
1.
pemusatan pada klien dan bukan pada therapist,
2.
identifikasi dan hubungan terapi sebagai
wahana utama dalam mengubah kepribadian,
3.
lebih menekankan pada sikap terapi daripada
teknik,
4.
memberikan kemungkinan untuk melakukan
penelitian dan penemuan kuantitatif,
5.
Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif
dalam terapi,
6.
menawarkan perspektif yang lebih up-to-date dan
optimis,
7.
klien memiliki pengalaman positif dalam terapi
ketika mereka fokus dalam menyelesaiakan masalahnya,
8.
klien merasa mereka dapat mengekpresikan dirinya
secara penuh ketika mereka mendengarkan dan tidak dijustifikasi.
Sedangkan kekurangan
dari teori konseling client-centered ini yaitu:
1.
terapi berpusat pada klien dianggap terlalu
sederhana,
2.
terlalu menekankan aspek afektif, emosional,
perasaan, tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri,
3.
dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit
untuk menilai individu,
4.
tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang
berkaitan dengan klien yang kecil tanggungjawabnya, sulit bagi therapist untuk
bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal,
5.
terapi menjadi tidak efektif ketika konselor
terlalu non-direktif dan pasif.
6.
Mendengarkan dan bercerita saja tidaklah cukup,
tidak bisa digunakan pada penderita psikopatology yang parah,
7.
minim teknik untuk membantu klien memecahkan
masalahnya.
Teknik terapi Client Centered Theory
1.
menerima,
terapis menerima pasien dengan respek tanpa mengadilinya entah secara positif
atau negatif. Pasien dihargai dan diterima tanpa syarat. Dengan sikap ini
terapis memberi kepercayaan sepenuhnya kepada kemampuan pasien untuk
meningkatkan pemahaman dirinya dan perubahan yang positif.
2.
Keselarasan
(congruenceI). Terapis dikatakan
selaras dalam pengertian bahwa tidak ada kontradiksi antara apa yang
dilakukannya dan apa yang dikatakannya,
3.
Pemahaman.
Terapis mampu melihat pasien dalam cara empatik yang akurat. Dia memiliki
pemahaman konotatif (conotative) dan
juga kognitif,
4.
Mampu
mengkomunikasikan sifat-sifat khas ini. Terapis mampu mengkomunikasikan
penerimaan, keselarasan dan pemahaman kepada pasien sedemikian rupa sehingga
membuat perasaan-perasaan terapis jelas bagi pasien,
5.
Hubungan yang
membawa akibat. Suatu hubungan yang bersifat mendukung (supportive relationship), yang aman dan bebas dari ancaman akan
muncul dari teknik-teknik diatas
Metode Client Centered Theory:
Enam syarat proses Client Centered
Theory menurut Rogers yang harus dipenuhi oleh terapis:
1.
terapis menghargai tanggung jawab pasien
terhadap tingkah lakunya sendiri.
2.
Terapis mengakui bahwa pasien dalam dirinya
sendiri memiliki dorongan yang kuat untuk menggerakkan dirinya ke arah
kematangan (kedewasaan) serta independensi, dan terapis menggunakan kekuatan
ini dan bukan usaha-usahanya sendiri.
3.
Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan
kebebasan yang penuh dimana pasien dapat mengungkapkan atau juga tidak
mengungkapkan apa saja yang diinginkannya.
4.
Membatasi tingkah laku tetapi bukan sikap
(misalnya pasien mungkin mengungkapkan keingian-keinginannya untuk
memperpanjang pertemuan melampaui batas waktu yang telah disetujui, tetapi
terapis tetap mempertahankan jadwal semula.
5.
Terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukkan
pemahaman dan penerimaannya terhadap emosi-emosi yang sedang diungkapkan pasien
yang mungkin di lakukannya dengan memantulkan kembali dan menjelaskan
perasaan-perasaan pasien.
6.
Terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki,
menyalahkan, memberikan penafsiran, menasihatkan, mengajarkan, membujuk,
meyakinkan kembali.
Proses terapi Client Centered Therapy
Teori Rogers mengenai terapi dan perubahan kepribadian mengikuti model
“jika – maka” terdiri dari tiga bagian: syarat-syarat, proses, dan hasil. Jika
syarat-syarat dipenuhi, maka proses akan terjadi, maka hasil-hasilnya pun akan
muncul. Supaya terapi dapat berhasil, maka syarat-syarat berikut harus
dipenuhi, yaitu:
1.
Dua orang berada dalam hubungan psikologis
2.
Orang pertama, yaitu disebut pasien, berada dalam
hubungan yang tidak selaras, peka dan cemas,
3.
Orang kedua, yang disebut terapis, berada dalam
keadaan selaras atau teritegrasi dalam berhubungan,
4.
Terapis mengalami unconditional positive regard terhadap pasien,
5.
Terapis memperlihatkan pemahaman yang akurat dan
empatik terhadap kerangka acuan internal (internal
frame of reference) pasien dan berusaha mengkomunikasikan pemahamannya itu
kepada pasien.
6.
Setidak-tidaknya pasien dapat mempersepsikan
keselarasan dan kesjatian (congruence/genuineness),
unconditional positive regard, dan pemahaman empatik (emphatic understanding)
Jika syarat diatas dipenuhi, maka akan terjadi suatu proses dengan
ciri-ciri khasnya sebagai berikut:
1.
Pasien mulai bebas mengungkapkan
perasaan-perasaannya melalui saluran-saluran verbal dan motorik
2.
Perasaab-perasaan yang diungkapkan pasien
semakin mengacu kepada diri (self) dan
kepada yang bukan diri (non self)
3.
Pasien semakin dapat membedakan dan memisahkan
objek-objek dari perasaan-perasaan dan persepsi-persepsinya.
Pengalaman-pengalamannya dapat dilambangkan dengan lebih baik
4.
Perasaan-perasaan yang diungkapkan pasien
semakin mengacu kepada ketidakselarasan antara beberapa dari
pengalaman-pengalamannya dengan self-concept-nya,
5.
Pasien mulai mengalami dalam kesadaran adanya
ancaman dari ketidakselarasan itu,
6.
Pasien mengungkapkan perasaan sepenuhnya dalam
keadaan sadar yang pada masa lampau perasaan tersebut tidak dibiarkan masuk ke
dalam kesadaran atau didistorsikan dalam kesadaran,
7.
Self-concept
pasien mulai direorganisasi untuk mengasimilasikan dan memasukkan
pegalaman-pengalaman ini yang sebelumnya didistorsikan atau tidak dibiarkan
masuk ke dalam kesadaran,
8.
Karena pasien terus-menerus mereorganisasi
strukrtur-dirinta, selg-concept-nya
mulai semakin selaras dengan pengalaman-pengalamannya,
9.
Pasien semakin mampu mengalami unconditional positive regard dari
terapis,
10.
Pasien semakin bisa merasakan unconditional positive self-regard
11.
Pasien mulai kurang mengalami dirinya menurut
syarat-syarat penghargaan, dan semakin mengalami dirinya menurut proses
penilaian organismik.
Daftar Pustaka
Semium, Y (2006). Kesehatan
Mental 3. Yogyakarta: Kanisius
Windayani,
Kadek. V, 2014, “ PENERAPAN KONSELING CLIENT-CENTERED
DENGAN TEKNIK PERMISIFUNTUK MENINGKATKAN HARGA DIRI SISWA KELAS X. IIS 2
SMA NEGERI 2 SINGARAJA”. Volume: 2 No 1, http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJBK/article/view/3799,
29 Maret 2016