Teori
Depresi
Depresi adalah suasana hati (mood) yang buruk dan berlangsung
selama kurun waktu tertentu. Ketika mengalami depresi kita akan merasa sedih
berkepanjangan, putus harapan, tidak punya motivasi untuk beraktivitas,
kehilangan ketertarikan pada hal-hal yang dulunya menghibur, dan menyalahkan
diri sendiri.
Semua orang pernah
merasa sedih, tapi ketika kita mengalami depresi, suasana hati yang sedih
berlangsung hingga berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Kondisi ini
akan sangat memengaruhi perasaan, perilaku, dan pola berpikir Anda.
1.
Teori Psikoanalisis Depresi
Dalam
tulisannya yang terkenal “ Mouring and Melancholia”, Freud (1917/1950) berteori
bahwa potensi depresi diciptakan pada awal masa kanak – kanak. Dalam periode
oral, kebutuhan seseorang anak dapat kurang dipenuhi atau dipenuhi secara
berlebihan sehingga menyebabkan seseorang terfiksasi pada tahap ini dan
tergantung pada pemenuhan kebutuhan instingtual yang menjadi ciri tahap ini.
Dengan terbawanya kondisi tersebut, orang yang bersangkutan dapat memiliki
kecendrungan untuk sangat tergantung pada orang lain untuk mempertahankan harga
dirinya.
Freud mengemukakan hipotesis bahwa setelah kehilangan seseorang yang
dicintai, apakah karena kematian atau yang paling umum terjadi pada anak –
anak, perisahan atau berkurangnya kasih sayang, orang yang bersangkutan kemudian
meleburkan dirinya dengan orang yang meninggalkannya, mungkin sebagai upaya sia
– sia untuk mengembalikan kehilangan tersebut. Karena freud berpendapat bahwa
secara tidak sadar kita menyimpan berbagai perasaan negative terhadap orang –
orang yang kita cintai, orang yang bersangkutan kemudian menjadi objek
kebencian dan kemarahan nya sendiri.
Teori itu merupakan dasar pandangan psikodinamika yang di terima secara
luas yang menganggap depresi sebagai kemarahan terpendam yang berbalik
menyerang diri.
2.
Teori Kognitif Depresi
a. Teori Beck Mengenai Depresi.
Teori kontemporer terpenting yang menganggap proses – proses berfikir
sebagai faktor penyebab depresi adalah teori Aaron Beck (1967,1987). Pemikiran
sentral nya adalah bahwa orang – orang yang depresi memiliki perasaan seperti
demikian karena pemikiran mereka menyimpang dalam bentuk interpretasi negative.
Individu yang depresi mengembangkan skemata yang negative melalui kehilangan
orang tua, tragedi yang tak ada hentinya, penolakkan sosial dari teman sebaya,
kritik dari guru, atau sikap depresif dari orang tua.
Berikut beberapa penyimpangan kognitif utama pada individu yang depresi
menurut Beck :
1. Kesimpulan yang subjektif ( arbitrary inference)
2. Abstraksi selektif ( selective abstraction)
3. Overgeneralisasi
4. Magnifikasi dan minimisasi
b. Teori
ketidakberdayaan / keputusasaan yaitu situasi
dimana individu mengalami kegagalan, maka ia akan menjelaskan kegagalan
tersebut karena beberapa penyebab.
c. Atribusi
dan Learned Helplessness dari Martin Seligman yaitu
depresi yang berkembang dan berhubungan dengan pandangan pesimis individu
terhadap masa depan
d. Teori
keputusasaan yaitu menganggap depresi disebabkan
keputusasaan, suatu perkiraan bahwa hasil yang diharapkan tidak akan tercapai
atau hal yang tidak diinginkan akan terjadi dan individu tidak dapat mengubah
situasi tersebut.
3. Teori
Interpersonal Depresi
Orang yang depresi mengalami jaringan sosial yang terpisah dan menganggap
mereka kurang memberikan dukungan yaitu mengurangi kemampuan individu untuk
mengatasi peristiwa hidup yang negative. Individu mungkin kurang memiliki
keterampilan sosial (Lewinsohn,1974), kurang mampu mengatasi masalah, buruk
pola pembicaraan. Dan memelihara kontak mata (Gotlib, 1982), mengalami banyak
tekanan( Hammen,1991).
4. Teori Biologis
Pada tingkat yang lebih sederhana , gangguan mood dapat menyebabkan
perubahan fisik, seperti gangguan selera makan dan pola tidur. Akibat yang
lebih kompleks merupakan pengaruh dari proses biologis pada perasaan depresi
dan kesenangan.
a. Genetik
Bukti yang kuat terhadap pentingnya contributor biologis terhadap gangguan
mood berasal dari penelitian mengenai genetic. Observasi yang menyatakan jika
gangguan tersebut diturunkan dalam keluarga dapat dipastikan. Orang yang
anggota keluarganya memiliki gangguan depresi mayor memiliki kemungkinan dua
kali besar mengembangkan gangguan depresif dibandingkan dengan orang pada
umumnya( Sullivan, Neala, & Kendler, 2000)
Bukti kuat yang paling kuat yang mendukung dasar genetic dari gangguan
depresi mayor berasal dari analisis pada penemuan dari lima penelitian berskala
yang meneliti pola keturunan pada keluarga.
b. Faktor Biokimia
Mekanisme biokimia yang secara genetic dapat memengaruhi orang dengan
resiko tinggi untuk menderita depresi atau periode manik masih belum
diketahui.
Penyebab Depresi
Depresi biasanya merupakan reaksi atas rasa kehilangan. Sesuatu yang sangat
bernilai yang telah menjadi sumber harga diri (self esteem). Ternyata hilang
pada akhirnya. Keadaan ini bisa menimpa siapa saja, baik yang lemah ataupun
yang kuat secara fisik, yang miskin atau kaya, yang belum pernah sukses maupun
yang telah mengalami sukses luar biasa.
Berikut penyebab Depresi:
Kurang Berpikir Positif
Ketika
seseorang mengalami depresi, mereka merasa bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi, dan hal ini akan terjadi berulang kali. Dalam kejadian semacam ini,
orang tersebut melihat lebih banyak hal buruk terhadap sesuatu; secara sadar
maupun tidak sadar. Mereka selalu memfokuskan perhatian mereka pada masalah dan
mengabaikan keberhasilan serta kesuksesan yang mereka raih.
Bagi seseorang yang berpikiran negatif dan memiliki kecenderungan depresi,
segala hal yang terjadi merupakan cermin dari permasalahan dan kemunduran.
Perubahan dalam diri seseorang atau perubahan lingkungan, yang merupakan
perubahan wajar, dalam pikiran seseorang yang depresi merupakan bukti bahwa
sesuatu yang buruk terjadi karena mereka.
Kurangnya Rasa Percaya Diri
Orang-orang
yang depresi tidak memiliki rasa percaya diri dan mereka selalu menganggap semua yang
terjadi sebagai kegagalan mereka. Bahkan kesalahan sekecil apapun mereka anggap
sebagai masalah besar dan mereka hal-hal tersebut menguras perhatian mereka
jauh lebih besar dari orang pada umumnya.
Lebih memperhatikan kesalahan
Dalam
kehidupan, kita pasti melakukan kesalahan; beberapa orang membuat lebih banyak
kesalahan. Orang yang menderita depresi lebih memfokuskan diri pada jumlah
kesalahan yang mereka buat. Sebagai hasilnya, mereka menciptakan kesan negatif
mengenai kesalahan.
Merasa Tertekan karena Berbagai Kewajiban Dalam Hidup
Dalam
situasi ini, orang-orang selalu berpikir apa yang seharusnya mereka lakukan dan
tidak seharusnya mereka lakukan. Hasilnya, di penghujung hari mereka terbebani
oleh sejumlah komitmen. Orang-orang dengan pola pikir semacam ini mengkonsentrasikan pikiran mereka
pada kepahitan dan frustrasi dan juga mempengaruhi perilaku orang-orang di
sekitar mereka.
Merasa Lemah
Permasalahan
bagi orang yang mengalami depresi adalah mereka merasa tidak ada satu hal pun
yang bisa memuaskan mereka. Bahkan ketika mereka menyadari mereka bisa
memperbaiki mood mereka, mereka tidak melakukannya. Nasihat yang mereka peroleh
dari teman-teman dan keluarga dianggap tidak perlu dan tak berguna. Satu hal
yang paling mereka rasakan adalah ketidakmampuan mereka untuk berharap, atau
terinspirasi oleh sesuatu dan memperhatikannya.
Mereka
menyadari seperti apa diri mereka dalam keadaan normal namun mereka tidak
menyukainya. Mereka menyadari apa yang seharusnya mereka lakukan namun mereka
tidak mampu melakukannya. Mereka menyadari apa yang orang lain inginkan dari
mereka, namun mereka tak mampu memberikannya. Mereka tidak berharap pada suatu
waktu keadaan akan membaik. Mereka kehilangan harapan dan harapan perlahan
hilang dari diri mereka. Pada titik ini, depresi tidak membiarkan mereka
merasakan kebahagiaan dan optimisme.
Gejala yang Muncul pada
Penderita Depresi
Gejala dan juga pengaruh depresi
berbeda-beda pada berbagai orang. Berikut ini adalah beberapa gejala psikologi
yang muncul akibat depresi:
§ Kehilangan
selera untuk menikmati hobi.
§ Merasa
bersedih secara berkepanjangan.
§ Mudah
merasa cemas.
§ Merasa
hidup tidak ada harapan.
§ Mudah
menangis.
§ Merasa
sangat bersalah.
§ Tidak
percaya diri.
§ Menjadi
sangat sensitif atau mudah marah terhadap orang di sekitar.
§ Tidak
ada motivasi untuk melakukan apa pun.
Gejala fisik akibat depresi:
§ Badan
selalu merasa lelah.
§ Gangguan
pada pola tidur.
§ Merasakan
berbagai rasa sakit.
§ Tidak
berselera untuk melakukan hubungan seksual.
Cara Mengatasi Depresi
1.
mengatasi
depresi dengan menggunakan obat-obatan; khususnya obat anti depresi. Obat anti
depresi mempengaruhi otak dan sel-sel syaraf. Secara lebih spesifik,
obat-obatan bekerja dengan mengubah reaksi kimia (neurotransmitter), yang digunakan
sel syaraf untuk berkomunikasi satu sama lain. Obat anti depresi merupakan obat
yang aman untuk digunakan. Obat semacam ini tidak menimbulkan ketergantungan;
tidak mempunyai efek samping yang berbahaya dan dapat membantu anda mengatasi
depresi. Tujuan menggunakan obat anti depresi bukanlah untuk mengatasi masalah
anda dengan cepat, namun untuk memberikan diri anda kesempatan untuk merasa
lebih baik.
PERHATIAN: penggunaan obat anti depresi apapun harus dilakukan setelah
konsultasi dan pemberian resep dokter.
2.
Menggunakan
psikoterapi. Ahli Psikoterapi dapat membantu anda memahami
alasan-alasan psikologis yang menyebabkan depresi dan menawarkan anda dukungan
untuk melalui proses yang sulit tersebut.
3.
Dengan penanganan sendiri:
- Belajar tentang depresi. Memahami lebih jauh tentang
penyakit yang dialami bisa membantu dan memotivasi Anda dalam menjalani
pengobatan yang dilakukan. Agar keluarga memberikan dukungan sepenuhnya,
mintalah mereka mempelajari tentang depresi.
- Berolahraga. Kegiatan ini bisa membantu mengurangi gejala
depresi. Lakukan olahraga seperti berjalan, berenang, lari, berkebun atau
aktivitas fisik lainnya. Fungsi utama berolahraga adalah meningkatkan rasa
kepercayaan diri dan mengurangi perasaan cemas serta sedih. Selain itu,
olahraga juga mampu meningkatkan kualitas tidur seseorang.
- Tidur secukupnya. Tidur yang cukup juga sangat
penting bagi kesehatan mental dan juga fisik.
- Meditasi atau yoga. Kegiatan ini bisa membantu
dalam hal relaksasi. Dengan belajar cara mengendalikan dan menenangkan
pikiran, gejala depresi bisa menjadi lebih ringan.
- Menghindari minuman keras dan narkoba. Rokok, minuman keras maupun
narkoba pada awalnya mungkin terlihat membantu, sebenarnya ini hanya akan
menambah masalah untuk jangka panjang.
- Komunitas pendukung. Membicarakan masalah Anda
dengan sekelompok orang dengan pengalaman yang sama bisa mengurangi beban
yang dirasakan. Anda bisa memulai dengan berbicara dengan teman atau
keluarga terdekat. Cari tahu tentang kelompok pendukung di daerah Anda.
Referensi
Riyanti, B.P. Dwi, & Prabowo,
Hendro. (1998). Seri Diktat Kuliah: Psikologi umum 2. Jakarta:
Gunadarma
Feist, Jess, & Feist, Gregory J..
(2011). Teori kepribadian: Theories of personality. Jakarta:
Salemba Humanika
Nilam, M.m. (2009). Seri Psikologi
Populer: Kunci Pengembangan Diri. Jakarta: PT Elex Media Komputindo